Minggu, 13 November 2016

Dan inilah pengakuan Muhammad Ali sendiri: "Saya mendengar perihal tentang Elijah Muhammad pertama kali di Turnamen Golden Gloves di Chicago (1959). Kemudian, sebelum saya berangkat ke Olimpiade, saya melihat koran yang diterbitkan oleh Nation of Islam, Muhammad Speaks. Saya tidak begitu memperhatikannya, meskipun banyak hal mampir di benak saya.

Ketika saya dewasa, pemuda kulit hitam bernama Emmett Till dibunuh di Mississippi karena menyuiti seorang wanita kulit putih. Emmet seumur dengan saya. Mereka menangkap para pembunuhnya, tapi tidak diapa-apakan. Kejadian seperti ini berulang terus. Dan dalam hidupku, ada tempat-tempat di mana saya tidak bisa masuk, tempat-tempat di mana saya tidak bisa makan. Saya memenangi medali untuk Amerika Serikat di olimpiade, dan ketika saya pulang ke Louisville, toh saya tetap diperlakukan sebagai Negro. Sejumlah restoran tak mau melayani saya. Beberapa orang tetap memanggil saya boy.

Kemudian di Miami (pada tahun 1961), ketika saya latihan, saya bertemu dengan pengikut Elijah Muhammad bernama Kapten Sam. Ia mengundang saya ke pertemuan, dan setelah itu hidup saya berubah. Selama tiga tahun, sampai saya bertarung melawan Sonny Liston, saya sering menyelinap ke pertemuan Nation of Islam lewat pintu belakang. Saya tak mau orang tahu bahwa saya di sana. Saya takut bila mereka tahu. Bisa-bisa saya tak diizinkan bertarung untuk merebut gelar juara. Belakangan saya belajar berani berdiri di atas keyakinan saya sendiri.

Waktu itu keyakinan saya telah berubah. Saya tidak percaya pada Tuan Yakub dan pesawat ruang angkasa lagi. Nurani dan jiwa tidak berwarna. Saya tahu itu juga. Elijah Muhammad orang baik, meskipun ia bukan utusan Tuhan, kami anggap ia seorang utusan. Jika kamu lihat persoalan kelompok kami saat itu, kebanyakan dari kami tidak punya rasa percaya diri. Kami tidak punya bank dan toko. Kami tidak punya apa-apa meski telah tinggal di Amerika ratusan tahun. Elijah mencoba mengangkat kami dari got.

Ia mengajari orang berpakaian yang pantas, hingga tidak kelihatan seperti pelacur atau germo. Ia mengajari cara makan yang baik, dan bagaimana menjauhi alkohol dan obat bius. Saya rasa ia salah ketika bicara tentang iblis putih, tapi sebagian yang dilakukannya membuat kami merasa nyaman sebagai kulit hitam. Jadi, saya tak menyesali yang saya yakini sekarang ini. Saya lebih bijaksana kini, tapi juga banyak orang lain." 

Selama tahun 1961, Kapten Sam Saxon menjadi pemain tetap di tempat latihan Fifth Street. Ia tampak mendampingi Clay dalam perjalanan ke luar kota. Kemudian, awal tahun 1962, Jeremiah Shabazz menyediakan koki muslim untuk memastikan bahwa makanan si petinju sesuai dengan aturan makan Nation of Islam. Di penghujung tahun itu, tanpa diketahui oleh pers, untuk pertama kalinya Clay pergi dari Miami ke Detroit untuk mendengarkan pidato Elijah Muhammad dalam sebuah pertemuan massa. Perjalanan itu bertambah penting karena di Detroit Clay bertemu dengan Malcolm X. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar