Minggu, 13 November 2016

Juarai Presiden Cup bawa Amon ke Palembang


Palembang, (ANTARA News) - Keberhasilan menjuarai ajang Presiden Cup membawa petinju asal Wamena, Papua, M Amon Mabel hijrah ke Palembang pada tahun 1988.

Kepedulian PT Pusri (perusahaan daerah) akan prestasinya membuatnya menetap di Palembang hingga kini.

Dia pun kini mendedikasikan diri sebagai pelatih daerah dan membina sejumlah atlet.

"Mungkin sudah makan cuka pempek dan minum air Sungai Musi membuat saya tidak bisa meninggalkan Kota Palembang," kata Amon di Palembang, Rabu.

Nama Amon demikian gemerlap pada akhir tahun 80-an setelah berhasil menjadi yang terbaik pada kejuaraan itu, padahal diikuti atlet dari puluhan negara diantaranya, Thailand, Singapura, Fhilipina, Nepal, Pakistan, Malaysia, dan Rusia.

Pria asal Wamena, Papua ini, berhasil mengalahkan juara dunia asal Canada yang menang angka.

"Saya sudah lupa namanya, tapi yang jelas dia juara dunia. Usia saya waktu itu baru 18 tahun, lagi semangat-semangatnya. Itulah yang membuat Pusri menarik saya ke Palembang untuk perkuat sasana di sini," kata dia.

Setelah itu, nama Amon kerap terdengar dalam berbagai ajang internasional, seperti kejuaraan asia dan SEA Games.

Dia menjadi wakil Indonesia pada Kejuaraan Asia Fasifik tahun 1989, SEA Games tahun 1987 (perunggu) dan Kejuaraan junior di Pakistan 1989.

"Ada empat atlet ditarik Pusri, selain saya ada Joni Libero yang juga jadi pelatih Sumsel kini," ujar dia.

Amon berserta tiga petinju asal Papua direkrut sebagai pekerja oleh PT Pusri yang pada awal tahun 80-an mendirikan sasana tinju.

Pada awalnya, dia hanya sebatas honor dan pada tahun 1998 dianggat menjadi karyawan. Sebelumnya, mendedikasikan diri sebagai atlet Sumsel (1988-1990) dan menjadi pelatih sejak tahun 1991.

"Saat ini saya bekerja sebagai security di Pusri," ujar dia.

Meskipun telah tinggal selama 23 tahun di Kota Palembang, Amon mengaku tidak dapat melupakan kampung halamannya di Wamena, Papua. Dia pun kerap kali memboyong keluarga, istri yang asli Palembang, dan empat anak, untuk bersilaturahmi.

"Setiap dua tahun sekali saya pasti pulang, banyak keluarga di sana," ujar dia.

Memasuki usia 44 tahun, Amon memilih berkonsentasi penuh untuk membina dan menelorkan petinju-petinju muda.

Dia pun mengaku gembira karena salah seorang putrinya memutuskan untuk mengikuti jejaknya, Juni Mabel (20 tahun).

"Dari empat anak, hanya satu yang mau jadi petinju. Mungkin yang tidak mau karena badannya terlalu gemuk," kata pria kelahiran Wamena, 14 April 1966 ini. (ANT-039)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar